Site icon OLAHRAGA 360

Buntu Namun Membuka Mata: 5 Pelajaran Besar dari PSM Makassar vs PSIM

PSM Makassar vs PSIM selesai 0-0

PSM Makassar vs PSIM selesai 0-0

Olahraga 360 Pertandingan PSM Makassar vs PSIM di Stadion Gelora B. J. Habibie berakhir tanpa gol, tetapi tidak tanpa cerita. Skor 0-0 menegaskan duel disiplin antara tuan rumah dengan blok 4-4-2 yang rapi dan tamu yang fleksibel dalam bentuk 3-4-3 yang berubah menjadi 5-4-1 saat bertahan rendah. Ritme naik turun, benturan di udara keras, dan kedua kiper tampil fokus. Di papan klasemen, hasil ini menjaga PSIM di papan atas sementara PSM masih berjuang meniti jalur ke sepuluh besar. Untuk penonton netral, PSM Makassar vs PSIM adalah klinik kecil tentang bagaimana pertahanan modern menutup ruang, menunda, lalu meredam.

Secara data pertandingan, rangkaian peristiwa mendukung narasi itu. Kartu kuning muncul untuk Rendra Teddy Wijanarko di babak pertama, lalu Franco Ramos Mingo dan Ezequiel Vidal di babak kedua, menandai duel fisik yang ketat. Dari sisi pergantian, PSM memasukkan Lucas Dias dan Ananda Raehan lebih awal untuk menambah kreativitas, sebelum Karel Ridzald Iek dan Abdul Rahman dimasukkan di menit akhir. PSIM merespons dengan Domenico Savio Sheva di fase penutup untuk menjaga keseimbangan tengah. Semua perubahan itu memperlihatkan satu pesan yang sama: kedua pelatih membaca laga sebagai catur posisi, bukan kejar-kejaran skor.

Ritme, Rencana, dan Realita di Parepare

PSM memulai dengan niat proaktif. Hilmansyah mengawali banyak serangan dengan distribusi cepat, lalu kedua fullback mendorong garis. Victor Dethan dan Ricky Pratama berusaha menekan sisi sayap PSIM, sementara tandem depan mencoba menang di kontak pertama. Pola ini terlihat menjanjikan pada 15 menit awal, ketika tuan rumah lebih sering membawa bola ke sepertiga akhir. Namun setelah itu, PSIM Yogyakarta menata ulang jarak antarlini. José Pedro Valente dan Rakhmatsho Rahmatzoda menutup koridor tengah sehingga umpan vertikal PSM kehilangan tujuan.

Di fase ini, tamu perlahan merebut napas. Bentuk 3-4-3 PSIM memanjang saat transisi. Nermin Haljeta jadi target untuk menahan bola, lalu Ezequiel Vidal dan Raka Cahyana mengancam lewat pergerakan diagonal. Beberapa kali mereka memaksa PSM berlari mundur, meski tembakan bersih tetap langka. Perbedaan kecil yang terasa adalah ketenangan PSIM saat menunda keputusan terakhir. Mereka tidak memaksa crossing cepat, melainkan menunggu celah second ball. Hasilnya bukan gol, tetapi cukup untuk meredam euforia tuan rumah.

PSM Makassar vs PSIM: Mengapa Serangan Terasa Tumpul

Ada tiga alasan teknis mengapa PSM Makassar vs PSIM berakhir buntu.

  1. Second ball yang tidak konsisten
    PSM sering memenangi duel udara pertama, tetapi bola pantul lebih sering jatuh ke kaki gelandang PSIM. Ketika second ball tidak dikuasai, serangan balik segera terhenti. Ini menjelaskan mengapa beberapa crossing PSM tampak sia-sia padahal awalnya menjanjikan.

  2. Rest defense PSIM terukur
    Saat PSM mendorong kedua fullback, PSIM menambah satu sayap menjadi bek kelima. Lini belakang jadi 5-3 di low block, membuat cutback PSM ke zona 12–16 meter jarang bersih. Ramos Mingo sigap menghalau umpan mendatar, sementara dua bek tengah lain menjaga garis untuk memaksa PSM melepas umpan silang lebih tinggi dan bisa ditebak.

  3. Eksekusi akhir yang terlambat
    Dari kedua kubu, momen penentuan sering terlambat setengah detik. Lucas Dias memberi variasi progresi saat masuk, namun sinkronisasi timing lari dengan penyerang belum padu. Di sisi PSIM, beberapa switch play ke sisi lemah cukup baik, tetapi keputusan menembak dari second line jarang diambil.

Ringkasnya, PSM Makassar vs PSIM adalah pertandingan yang dimenangkan oleh organisasi, bukan oleh improvisasi. Kualitas organisasi itulah yang menahan laju tembakan berkualitas dan menjaga papan skor tetap nol.

Wajib Tahu:

Laga PSM Makassar vs PSIM berakhir 0-0. PSIM mempertahankan posisi papan atas dengan 12 poin dari 7 pertandingan, sementara PSM berada di sekitar posisi ke-12 dengan 8 poin. Semua angka diambil dari pusat data pertandingan per hari ini.

Implikasi Klasemen dan Agenda Perbaikan

Dampak klasemen terasa asimetris. Bagi PSIM, satu poin tandang di Parepare adalah hasil bernilai, karena menjaga momentum empat besar dan menegaskan kedisiplinan blok menengah. Clean sheet menambah modal kepercayaan diri bahwa struktur pertahanan sudah berada di jalur benar. Untuk PSM, satu poin di rumah bukan tragedi, tetapi tidak cukup untuk lompatan besar. Dengan papan tengah begitu rapat, dua kemenangan beruntun bisa mengubah peta, namun catatan imbang membuat target itu tertunda.

Apa yang perlu dibenahi masing-masing?

Tiga Indikator untuk Laga Berikutnya

Agar tidak hanya mengandalkan intuisi, gunakan tiga indikator sederhana saat memantau pekan depan.

  1. High turnovers berujung tembakan
    Jika PSM mampu memaksa lawan kehilangan bola di sepertiga tengah dan menghasilkan tembakan, berarti pressing serta rest defense bekerja. Untuk PSIM, indikator yang sama menunjukkan blok menengah mereka agresif dan efektif dalam mengubah momentum.

  2. Persentase second ball di sepertiga akhir
    Rasio penguasaan bola pantul setelah duel udara akan menjelaskan seberapa stabil struktur kedua tim. Kalah di parameter ini cenderung berbanding lurus dengan turunnya xG.

  3. Konversi set piece
    Kedua tim punya bek yang kuat di udara. Menjadikan corner atau free kick sebagai peluang bersih akan menjadi pembeda pada pertandingan yang ketat.

Pada akhirnya, pertandingan ini layak diingat sebagai rambu perbaikan, bukan sekadar catatan imbang. PSM Makassar vs PSIM menunjukkan dua hal sekaligus: PSM punya energi sayap yang menjanjikan, PSIM punya struktur bertahan yang matang. Memadukan energi dengan ketepatan eksekusi adalah kunci untuk mengubah satu poin menjadi tiga di pekan-pekan berikutnya.

Sumber: FotMob

Exit mobile version