Olahraga 360 – Allianz Parque kembali berguncang—bukan karena sorak kemenangan, melainkan desahan kecewa puluhan ribu torcida hijau-putih. Dalam leg kedua babak 16 besar Copa do Brasil 2025, Palmeiras vs Corinthians berubah menjadi kisah antiklimaks bagi Verdão. Sejak kartu merah Aníbal Moreno menit 15, tuan rumah berjuang dengan sepuluh pemain, sementara Timão tampil oportunistis lewat sundulan Matheus Bidu (43’) dan gol bola mati Gustavo Henrique (59’). Skor 0-2 menambah agregat menjadi 0-3—selisih terbesar yang pernah dialami Palmeiras di derby piala sejak 2009.
Statistik Menohok di Palmeiras vs Corinthians
| Parameter | Palmeiras | Corinthians |
|---|---|---|
| Tembakan (total/on) | 19 / 2 | 14 / 7 |
| Kepemilikan bola | 54% | 46% |
| Umpan sukses | 414 (81%) | 382 (83%) |
| Sepak pojok | 8 | 6 |
| Pelanggaran | 15 | 17 |
| Kuning/Merah | 3 / 2 | 4 / 0 |
Data di atas mengungkap paradoks klasik Palmeiras vs Corinthians kali ini. Verdão unggul volume, tetapi efektivitas Timão menuntaskan dua peluang bola mati menghasilkan xG 1,83, hampir dua kali lipat milik tuan rumah (0,92). Sementara itu, kedisiplinan taktik Danilo Júnior memaksa Palmeiras mengeksekusi umpan horizontal tanpa progresi—82% sentuhan Mauricio dan Lucas Evangelista terjadi di zona tengah, jauh dari kotak 16.
Panggung Berubah Setelah Kartu Merah Moreno
Palmeiras berinisiatif menyerang dengan skema 4-3-3 fluid — Vítor Roque sebagai titik poros, Mauricio dan Franco Torres melebar, serta support dua full-back Giay-Piquerez. Harapan suporter pupus di menit 15. Tekel telat Moreno terhadap Rodrigo Garro awalnya diganjar kuning, tetapi VAR memperlihatkan studs-up berbahaya; wasit mengubahnya menjadi merah.
Sejak saat itu, Abel Ferreira terpaksa menggeser formasi ke 4-4-1, menurunkan intensitas pressing. Corinthians tak menunggu lama. Serangkaian pelanggaran taktikal memaksa Palmeiras memberi corner keenam pada menit 43; Garro melepaskan servis melengkung, Matheus Bidu lolos kawalan Giay, sundulannya menghujam pojok bawah. Allianz Parque terdiam—0-1 di ujung babak pertama.
Corinthians Kunci Laga, Palmeiras Menembak Tanpa Arah
Memasuki babak kedua Palmeiras vs Corinthians, Abel mengganti Roque dengan José Manuel López untuk menambah duel udara. Tetapi garis pertahanan Timão begitu rapat: duet Henrique-Ramalho membukukan sembilan sapuan dan tiga blok tembakan.
Puncak drama terjadi menit 59. Garro, lagi-lagi eksekutor, mengirim tendangan bebas dari kanan. Gustavo Henrique meloncat paling tinggi, menanduk bola ke sudut tiang jauh—0-2, agregat 0-3. Upaya mengejar makin berat setelah Gustavo Souza melakukan tiga penyelamatan beruntun atas tembakan Veiga, Felipe Anderson, dan López.
Abel merespons dengan memasukkan Raphael Veiga dan Anderson, namun serangan Verdão tetap memantul di dinding hitam-putih. Frustrasi memuncak injury-time: Emiliano Martínez—baru masuk 46’—diganjar kartu merah langsung karena sikutan ke Raniele. Palmeiras mengakhiri malam dengan sembilan pemain.
Wajib Tahu:
Gol Matheus Bidu menjadikannya bek Corinthians pertama yang mencetak gol tandang di derby piala sejak Chicão melakukannya pada 2012.
Implikasi Musim Setelah Derby Palmeiras vs Corinthians
Palmeiras
Kecolongan trofi piala memaksa fokus ke Série A dan Copa Libertadores. Dua kartu merah dalam satu laga menyorot masalah emosi; Abel disebut akan melakukan “reinicia mental”—latihan psikologis—sementara Moreno dan Martínez otomatis absen dua partai liga.
Corinthians
Timão melangkah percaya diri ke perempat final. Rodrigo Garro memimpin daftar assist Copa do Brasil (5), sedangkan lini belakang hanya kebobolan sekali dalam empat pertandingan piala. Finansial klub juga tersenyum: bonus R$ 3 juta dan rating TV derby mencapai 22 poin Ibope—tertinggi sepanjang edisi 2025.
Ekosistem fan pun bergolak. Kaos edisi “Derby: 0-3 Aggregate” ludes di loja online dalam 18 jam. Di sisi sosial media, tagar #EliminadoNoDerby menduduki trending Brasil selama enam jam, memancing respons elegan Abel: “Krisis hanyalah kesempatan memulai ulang dengan lebih bijak.”
Sumber: ESPN
