Sunday, July 20, 2025

Top 5 This Week

Related Posts

Inter Miami Hajar New York RB 5‑1: Messi Cetak Brace

Olahraga 360 Di antara gemuruh Red Bull Arena, duel New York RB vs Inter Miami pada Sabtu malam (19 Juli 2025, Minggu pagi WIB) berubah dari laga seimbang menjadi demonstrasi klinis Inter Miami. Tuan rumah sempat memimpin, tetapi dalam tempo 61 menit mereka sudah tertinggal tiga gol. Bagaimana narasinya berkembang, dan apa konsekuensinya bagi perebutan play‑off MLS? Mari kita uraikan.

Momentum Berbalik Usai Gol Jordi Alba

Red Bulls memanaskan publik Harrison lewat tandukan Alexander Hack di menit 14 setelah servis akurat Emil Forsberg. Skema sepak pojok itu tampak memvalidasi strategi Sandro Schwarz: tekanan cepat, eksekusi bola mati. Namun kebahagiaan hanya bertahan sepuluh menit. Lionel Messi—yang malam itu mengenakan ban kapten Inter Miami—menarik penjagaan, memberi celah bagi Jordi Alba. Umpan terobosan dilepaskan, Alba menusuk kotak penalti dan melepaskan tembakan kaki kiri yang tak bisa ditepis Carlos Coronel. Skor 1‑1, dan atmosfer stadion tiba‑tiba berubah.

Sejak gol penyama, alur New York RB vs Inter Miami berbalik. High‑press Red Bulls retak; jarak antarlini melebar. Telasco Segovia, gelandang 22 tahun asal Venezuela, memanfaatkan situasi itu pada menit 27 melalui tap‑in hasil cut‑back Alba. Pada injury time babak pertama, Segovia lagi‑lagi muncul di tiang jauh menerima umpan silang Federico Redondo—3‑1 sebelum turun minum.

Messi & Segovia, Dua Motor Kehancuran

Statistik akhir menyodorkan angka telak: Miami unggul penguasaan bola 64 % berbanding 36 %, menorehkan 13 tembakan (8 tepat sasaran) versus 9 (2) milik Red Bulls. Kunci utamanya ada pada jalur diagonal Alba‑Segovia‑Messi. Busquets rutin menurunkan dirinya sejajar bek tengah, membebaskan Redondo naik sebagai gelandang box‑to‑box. Saat Red Bulls mencoba pressing, bola sudah berpindah ke kaki Messi di half‑space kanan. Sebanyak 11 kali ia menerima bola di antara garis tengah‑belakang lawan, menciptakan tujuh aksi pembuka tembakan.

Gol keempat (menit 60) menjadi ilustrasi sempurna. Busquets mencuri bola, memainkan umpan dinding dengan Messi, lalu mengirim through ball mendatar. Messi menutup pergerakan bek, menggiring, menunggu Coronel turun, dan menceploskan bola ke gawang kosong. Lima belas menit kemudian, kerjasama serupa terulang: Suárez menarik bek, Messi menyelesaikan umpan silang mendatar—brace, plus dua assist, dan rating Whoscored 9,8. Bagi Messi, ini brace keenam dalam tujuh laga terakhir MLS, sekaligus 25 keterlibatan gol musim 2025.

Segovia pantas disebut rekan duet terbaik malam itu. Ia mencatatkan xG 1,8, dua gol, dan satu umpan kunci. Kecepatan pindah posisi winger‑gelandang membuat Sofo dan Edwards kerap salah jaga. Jika ia mempertahankan performa, penghargaan Young Player of the Year tak lagi khayalan.

Mengurai Hasil New York RB vs Inter Miami untuk Peta Wilayah Timur

Hasil New York RB vs Inter Miami 1‑5 menancapkan Miami di puncak Wilayah Timur dengan 38 poin dari 20 laga, unggul lima angka atas FC Cincinnati. Selisih gol +22 menjadi modal saat jadwal padat menanti: Orlando City dan Philadelphia Union dalam rentang tujuh hari. Mascherano menunjukkan rotasi cerdas; Benjamin Cremaschi, Tomás Avilés, dan Fafá Picault turun sebagai supersub tanpa menurunkan intensitas.

Sebaliknya, Red Bulls kini terpental ke peringkat lima dengan 33 poin dan selisih gol +3. Dengan Nashville SC mengintai, Schwarz wajib merapikan blok bertahan 3‑4‑1‑2‑nya. Statistik defensif menunjukkan 17 kali kehilangan bola di sepertiga lapangan sendiri—tiga di antaranya langsung berujung tembakan Messi. Jika pola ini berulang, tiket play‑off bisa melayang sebelum Agustus.

Wajib Tahu:

Messi kini hanya butuh tiga gol untuk melewati rekor klub 20 gol semusim milik Gonzalo Higuaín. Dengan 14 pekan tersisa, torehan itu hampir pasti pecah.

Apa yang Harus Dibenahi Red Bulls?

  1. Koordinasi Wing‑back
    Sofo dan Hall kerap terlambat menutup overlap Jordi Alba. Tanpa winger drop‑back, celah sisi kanan terus dieksplor Miami.

  2. Resolusi Pressing
    Forsberg selaku gelandang 10 tidak mendapatkan dukungan kompak. Hack dan Nealis terpancing naik, menciptakan ruang monster bagi Messi.

  3. Efisiensi Bola Mati
    Meski unggul 2‑3 dalam sepak pojok, Red Bulls cuma satu kali mengancam setelah gol pembuka Hack. Latihan set‑piece harus dipertajam agar ancaman tidak kekeringan.

Jika tiga area tadi dibenahi, Red Bulls masih berpeluang bangkit. Namun jadwal tidak bersahabat—Nashville (tandang) diikuti Philadelphia (kandang). Dua kekalahan beruntun bisa menjerumuskan mereka ke papan tengah.


Secara keseluruhan, laga New York RB vs Inter Miami menegaskan betapa dalamnya skuad “Las Garzas.” Kombinasi trio Barcelona (Messi, Busquets, Alba) dan darah muda (Segovia, Redondo, Avilés) menghasilkan simfoni pressing‑possession yang sulit ditandingi klub MLS mana pun saat ini. Red Bulls belajar dengan cara pahit bahwa keberanian pressing buta tanpa disiplin ruang justru jadi senjata makan tuan.

Bagi penikmat MLS, pertanyaan selanjutnya jelas: adakah tim Wilayah Timur yang mampu menahan laju Inter Miami? Jika Messi tetap bugar, jawabannya mungkin baru terungkap di babak play‑off — atau bahkan di final MLS Cup.

Sumber: ESPN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Popular Articles