Site icon OLAHRAGA 360

“Klinis & Kejam”: Sounders Menutup Mulut Galaxy di Carson

LA Galaxy vs Sounders berakhir 0–2 di Carson. De la Vega 7’, De Rosario 57’.

LA Galaxy vs Sounders berakhir 0–2 di Carson. De la Vega 7’, De Rosario 57’.

Olahraga 360 Semifinal Leagues Cup 2025 LA Galaxy vs Sounders menyajikan pelajaran sederhana: penguasaan bola tidak selalu berarti kontrol. Di Dignity Health Sports Park, Seattle menang 0–2 melalui eksekusi cepat Pedro de la Vega (7’) dan penyelesaian matang Osaze De Rosario (57’). LA Galaxy sempat memegang bola lebih lama, merangkai operan dan menekan lewat sayap, namun Seattle memaksa laga dimainkan dalam tempo yang mereka mau—pendek, vertikal, menusuk. Bahkan ketika tensi meningkat di akhir laga, Sounders tetap dingin. LA Galaxy vs Sounders berakhir dengan wajah yang kontras: tuan rumah dominan di sirkulasi, tamu superior di keputusan akhir.

Di atas kertas, Galaxy turun dengan 4-2-3-1: Novak Mićović di bawah mistar; empat bek Julián Aude – Mads Jørgensen – Maya Yoshida – Mauricio Cuevas; double pivot Edwin Cerrillo – Diego Fagúndez; trio serang Gabriel Pec – Marco Reus – Joseph Paintsil di belakang Miguel Berry. LA Galaxy vs Sounders di sisi lain memperlihatkan 4-4-2 milik Seattle: kiper Andrew Thomas; bek Nouhou Tolo – Jackson Ragen – Yeimar Gómez – Alex Roldan; lini tengah Pedro de la Vega – Cristian Roldan – Obed Vargas – Paul Rothrock; duet depan Osaze De Rosario – Jesús Ferreira. Dari sini saja kita bisa menebak peta: Galaxy berusaha dominan lewat posesi dan crossing, Sounders mengincar ruang di belakang bek sayap.

Gol pertama lahir cepat dan mencuri napas. Menit 7, LA Galaxy vs Sounders pecah ketika de la Vega menyambar bola kedua dari tepi kotak—sebuah momen antisipasi yang tak sempat dihadapi barisan belakang Galaxy. Setelah jeda, menit 57, De Rosario menuntaskan transisi tajam: lari diagonalnya memecah shape tuan rumah, penyelesaian rendahnya ke tiang jauh mengunci arah permainan. Galaxy menambah tenaga lewat pergantian (John Nelson, Miki Yamane, Christian Ramirez), tetapi pola serangan mereka tetap lebih sering mentok di sayap atau berakhir pada tembakan jarak menengah.



Pukulan Dini, Skema Rapi, dan Galaxy yang Kehabisan Solusi

Seattle tidak datang untuk main aman. Mereka datang dengan niat mencuri momen. Dalam LA Galaxy vs Sounders, pressing awal Rave Green diarahkan bukan untuk merebut bola setinggi mungkin, melainkan menggiring sirkulasi Galaxy ke sisi. Begitu bola mengarah ke fullback, trigger aktif: satu pemain menutup badan, satu lagi menutup jalur balik ke gelandang jangkar. Hasilnya, umpan ke half-space kerap terputus, sementara Reus—yang menjadi penghubung antarlini—sering mendapat bola dengan punggung menghadap gawang dan dipaksa melebar.

Pada situasi bertahan menengah, garis empat Seattle rapat dan kompak. Alex Roldan memimpin dorongan sayap kanan untuk menutup kecepatan Paintsil, sedangkan Nouhou menjaga jarak aman agar Pec tidak mendapat ruang diagonal. Inilah mengapa, meski LA Galaxy vs Sounders memperlihatkan Galaxy unggul passing dan possession, kualitas peluang mereka tidak sebanding. Ketika Galaxy mendorong banyak pemain ke depan, rest defense merenggang—celah yang dimanfaatkan De Rosario pada gol kedua.

LA Galaxy vs Sounders: Data, Momentum, dan “Nilai Keputusan”

Angka-angka resmi mendukung narasi lapangan. LA Galaxy vs Sounders mencatat: tembakan 9–13, tepat sasaran 4–7, penguasaan 62%–38%, operan 558–331, akurasi 89%–80%, pelanggaran 11–15, kartu kuning 5–2, kartu merah 0–1, offside 1–0, korner 6–4. Seattle kalah di hampir semua metrik sirkulasi, tapi menang telak di kualitas peluang dan efektivitas tembakan—dua parameter yang menumbangkan skor.

Tak hanya itu, momen disiplin juga mewarnai akhir laga. Nouhou Tolo sempat terlibat insiden keras menjelang waktu normal berakhir. VAR meninjau pada menit 81’, dan keputusan akhir menunjukkan kartu merah 83’ untuk bek kiri Seattle. Namun keadaan 10 vs 11 baru terjadi di sisa menit, sementara LA Galaxy vs Sounders sudah terkunci 0–2. Seattle menutup ruang, mengelola emosi, dan menghabiskan waktu dengan cerdas. Kedisiplinan inilah yang membuat keunggulan aman hingga peluit panjang.

Secara struktur, Galaxy mencoba merespons: Nelson masuk menggantikan Aude untuk memberi stabilitas di kiri; Yamane menambah opsi overlap kanan; Christian Ramirez menghadirkan target man tambahan di kotak. Namun problemnya bukan hanya jumlah pemain di kotak—timing progresi dan ketenangan di sepertiga akhir yang kurang. Ketika crossing dipaksakan ke area padat, Ragen dan Yeimar menang duel udara. Saat mencoba cutback, lini kedua Seattle sigap menghalau. Dalam pertandingan yang terukur seperti ini, nilai keputusan (kapan memberi umpan vertikal, kapan menahan, kapan menembak) menjadi pembeda.

Jalan ke Final dan PR Besar untuk Galaxy

Kemenangan di partai LA Galaxy vs Sounders mengantar Seattle Sounders ke final Leagues Cup untuk menantang Inter Miami—yang lolos setelah menghempaskan Orlando City 3–1. Dari sudut pandang gaya main, final berpotensi menjadi benturan menarik: Sounders dengan transisi vertikal yang efisien dan pressing yang cerdas, berhadapan dengan Miami yang fleksibel dalam fase-possession serta punya eksekutor kelas dunia. Buat Sounders, menjaga kompaksi ketika menghadapi rotasi Messi–Alba akan menjadi kunci.

Bagi Galaxy, kekalahan ini memberi pekerjaan rumah yang jelas. Pertama, konversi peluang: dominasi penguasaan bola tanpa progresi vertikal cepat hanya akan mengulang cerita malam ini. Kedua, rest defense saat membangun serangan. Ketika lima pemain maju, dua bek tengah butuh dukungan jarak yang tepat dari gelandang jangkar agar tidak ditarik melebar oleh pelari seperti De Rosario. Ketiga, komunikasi antara fullback–winger: momen-momen di mana Paintsil atau Pec mendapat 1v1 harus diiringi jalur dukungan agar tidak berakhir pada dribel buntu atau crossing terbaca. Tanpa perbaikan di tiga area ini, duel ulang LA Galaxy vs Sounders akan kembali condong ke tim hijau.

Wajib Tahu:

Sumber: ESPN

Exit mobile version