Thursday, July 17, 2025

Top 5 This Week

Related Posts

Kilat Pemecatan Christian Horner yang Menggetarkan Garasi Red Bull

Olahraga 360 Pagi 9 Juli 2025, surel internal Red Bull GmbH berjudul “Urgent Structural Update” mendarat di tiap inbox markas Milton Keynes. Isi singkatnya: Christian Horner dicopot dari posisi team principal serta CEO Red Bull Racing per segera, diganti Laurent Mekies. Tak ada pidato perpisahan di depan kru; hanya notula Dewan Direksi yang menyebut “restrukturisasi strategis”.

Padahal kinerja Horner sukar disaingi. Ia merekrut Adrian Newey (2006), mempromosikan Sebastian Vettel (2009) dan Max Verstappen (2016), lantas meraih delapan gelar pembalap plus enam konstruktor. Namun 2025 penuh badai: tudingan perilaku tak pantas terhadap staf, hengkangnya Newey ke Ferrari, performa RB21 yang gagal jinak ban keras, dan gesekan intens dengan direktur olahraga Helmut Marko di meja rapat anggaran.

Ketika berita pecatannya pecah, label #ThankYouHorner dan #RedBullReboot langsung memanas di X—410 ribu cuitan dalam dua jam. Di kanal Discord Red Bull Indonesia, fans terbelah: “Era keemasan telah lewat” versus “Langkah perlu sebelum 2026”.


Reaksi Verstappen hingga Bursa Taruhan Tanpa Christian Horner

Sesaat pascapengumuman, Christian Horner berdiri di luar gerbang Milton Keynes dengan headset tim di leher. “Surprise? Absolutely. Angry? Not really. Red Bull adalah rumah saya 20 tahun,” tuturnya kepada Sky Sports. Ia menahan senyum tipis—cirinya kala menutup kartu tak terduga di briefing.

Max Verstappen melempar twit singkat: “Terima kasih, Christian. Kita bikin sejarah.” Rumor langsung menggelegak: klausul “exit if Horner out” dalam kontraknya disebut-sebut aktif. Betway menjajakan odds 2:1 Verstappen pindah ke Mercedes 2027. Sergio Pérez menambahkan emoji “😮” di Instagram dan tiba-tiba trending di Meksiko.

Analis Sky F1 Martin Brundle memberikan kontras lugas: “Tanpa Christian Horner, hubungan Red Bull–Ford untuk mesin 2026 butuh negosiator baru—ini bukan sekadar ganti kepala pit-wall, ini bedah jantung operasional.”

Paragraf pendek.

Di grup Telegram para agen sponsor, pertanyaan paling sering: “Apakah Oracle akan negosiasi ulang?”—secercah tanda bahwa nama Horner adalah nilai jual komersial, bukan sekadar legenda paddock.


Tantangan Mekies: Menata Red Bull di Tengah Kepergian Christian Horner

Laurent Mekies, mengenakan kemeja polos hitam, tampil di sesi media dadakan. “Fokus saya: hentikan kebocoran talenta, perbaiki RB21, dan segel proyek power-unit Ford sebelum Agustus,” ujarnya. Tiga prioritas itu tertuang di papan Gantt berikut:

Agenda KritisTenggatPenanggung Jawab
Paket aero Spa & MonzaSep 2025Mekies & Enrico Balbo
Tes bench PU Ford Gen-1Okt 2025Ben Hodgkinson
Kontrak ulang VerstappenDes 2025Oliver Mintzlaff

RB21 masih tercecer P4 klasemen konstruktor—172 poin, 165 di antaranya milik Verstappen—sementara Mercedes dan McLaren melesat dengan konsep sidepod slim. Mekies mengisyaratkan revisi lantai “radikal” berbasis CFD Newey yang ditinggalkan: “Namanya Ghost Spec, peninggalan kecepatan yang belum sempat kami pakai.”

Di sisi budaya, Red Bull kehilangan magnet ruang bincang. Horner dikenal suka turun ke garasi, bercanda permen karet sambil menanyakan tekanan ban; karisma yang memandu kru pit stop memecahkan catatan 1,9 detik berkali-kali. Kini, tim HR mengadakan sesi town hall tiap Senin guna meredam kecemasan 1 400 karyawan.


Warisan dan Arah Baru setelah Era Christian Horner

Menilai Christian Horner hanya lewat statistik—114 kemenangan, 96 pole, 257 podium—tak pernah adil. Ia memadukan mentalitas garasi karting dengan disiplin korporasi Red Bull GmbH. Ia memperkenalkan kultur “failure wall”: setiap masalah ditulis di papan magnet, bukan untuk saling menyalahkan, tapi belajar cepat.

Tetapi setiap era berakhir. Horner kerap berkata, “F1 hanya tentang dua hal: waktu putaran dan detik di atas papan.” Setelah 20 tahun, jamnya sendiri berhenti berdetak di Milton Keynes. Ke mana ia pergi? Andretti Cadillac tengah mencari figur publik F1; Audi butuh front-man 2026; bahkan Liberty Media bisa menjadikan Horner duta komersial.

Bagi Red Bull, pertaruhan dimulai. Mekies dan Balbo harus membuktikan tim dapat terbang tanpa sayap Horner. Jika 2026 mulai dengan mesin Ford yang tangguh, kisah ini menjadi drama perubahan sukses. Jika tidak, memo 9 Juli 2025 akan selalu dikenang sebagai kesalahan paling mahal.

Ringkasnya: Pemecatan Christian Horner mengejutkan, tetapi mungkin perlu bagi Red Bull untuk menyongsong regulasi 2026. Sementara paddock berselisih tentang dampak domino—dari loyalitas Verstappen hingga kekuatan marketing—satu kebenaran klasik F1 tetap teguh: lembar waktu tidak peduli nama besar. Balapan Belgia tiga pekan lagi, dan Red Bull harus datang tanpa sosok yang selama ini menjadi jenderal di pit-wall.

Sumber: Motorsport

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Popular Articles