Monday, September 8, 2025

Top 5 This Week

Related Posts

IGK Manila Berpulang: Duka Mendalam, Warisan Besar untuk Olahraga Indonesia

Olahraga 360 Duka menyelimuti dunia olahraga Indonesia. IGK Manila berpulang pada Senin, 18 Agustus 2025 di RS Bunda Menteng, Jakarta. Informasi duka dikonfirmasi sejumlah media arus utama dan tokoh yang dekat dengan almarhum; ada yang menyebut waktu wafat sekitar pukul 08.59–09.00 WIB berdasarkan pesan internal yang diterima redaksi dan pernyataan pihak terkait.

Kabar tersebut juga disiarkan oleh MetroTV dan CNN Indonesia, menegaskan status almarhum sebagai Gubernur Akademi Bela Negara (ABN) Partai NasDem sekaligus figur sentral dunia olahraga. Ucapan belasungkawa mengalir dari komunitas sepak bola hingga jejaring wushu.

Sejumlah laporan menyebut jenazah IGK Manila disemayamkan terlebih dahulu di Aula ABN NasDem sebelum prosesi lanjutan keluarga, sejalan dengan tradisi penghormatan kepada tokoh yang masih aktif membina kaderisasi.

Warisan untuk Olahraga Indonesia

Nama IGK Manila identik dengan dua kata: disiplin dan pembinaan. Dalam sepak bola, almarhum pernah menjadi Manajer Timnas Indonesia saat meraih emas SEA Games 1991 Manila—salah satu tonggak prestasi yang kerap dijadikan rujukan generasi berikutnya. Ia juga pernah menjabat manajer Persija Jakarta, mengawal pembenahan tim ibu kota di berbagai fase. Sederet obituari hari ini kembali mengarsipkan kontribusinya untuk sepak bola nasional.

Di cabang wushu, IGK Manila kerap dijuluki “Bapak Wushu Indonesia.” Julukan itu bukan basa-basi: ia terlibat sejak fase awal pembinaan, memperjuangkan struktur organisasi, hingga mendorong partisipasi multievent kawasan. Banyak media menuliskan kembali perannya sebagai figur penggerak yang mempertemukan disiplin militer dengan kultur pelatihan modern.

Tak berhenti di dua cabang, almarhum hadir di berbagai forum KONI dan ekosistem olahraga—mendorong tata kelola, menekankan pentingnya sains latihan, dan mengingatkan bahwa regenerasi mustahil berjalan tanpa kompetisi berjenjang. Bagi murid dan kolega, IGK Manila bukan sekadar nama di struktur; ia adalah mentor yang menuntut standar tinggi sekaligus penjaga moral tim. Ucapan duka dari para pelaku olahraga—dari mantan pemain, pengurus, hingga komentator—menggambarkan luasnya pengaruh tersebut.

Wajib Tahu:

IGK Manila lahir di Singaraja, Bali (8 Juli 1942), wafat 18 Agustus 2025 pada usia 83 tahun; dikenal sebagai Bapak Wushu Indonesia, eks manajer Timnas (emas SEA Games 1991), dan manajer Persija.

Jejak Militer, Organisasi, dan Jaringan

Di luar gelanggang, IGK Manila adalah perwira tinggi TNI AD (Mayjen Purn.) yang piawai mengelola organisasi. Jejak kepemimpinannya meliputi pendidikan, komunitas radio amatir, hingga lembaga kaderisasi. Kombinasi pengalaman militer dan jaringan lintas sektor itulah yang kelak memudahkannya saat menata program olahraga: merekrut orang tepat, menutup celah logistik, dan mendistribusikan tanggung jawab dengan tegas. Rekam jejak biografi dan profil hari ini merangkum lintasan panjang tersebut.

Saat dipercaya sebagai Gubernur ABN NasDem sejak 2020, IGK Manila aktif mengisi kelas kebangsaan, melatih kepemimpinan kader, dan menjadi jembatan antara komunitas olahraga dengan ekosistem kebijakan. Karena itu, ketika kabar duka tersiar, ratusan pesan duka hadir dari lintas disiplin—olahraga, militer, politik, hingga komunitas akar rumput yang pernah merasakan sentuhan pembinaannya.

Dalam banyak testimoni, IGK Manila dikenang sebagai “penyambung” antargenerasi. Ia tak ragu memanggil juniornya untuk mengemban tugas sulit, lalu berdiri paling depan ketika tanggung jawab itu dipertanyakan. Warisan kepemimpinan seperti ini yang membuat namanya terus disebut—bukan semata karena jabatan, melainkan karena standar kerja yang ditinggalkannya.

Agenda Persemayaman & Pelajaran Publik

Informasi yang beredar hingga siang ini menyebut persemayaman di Aula ABN NasDem sebelum prosesi lanjutan keluarga. Sejumlah media menyampaikan rute penghormatan terakhir dari RS Bunda Menteng menuju lokasi persemayaman; publik diimbau memantau pengumuman resmi keluarga/ABN terkait waktu takziah agar prosesi berjalan tertib.

Dari kepergian IGK Manila, setidaknya ada tiga pelajaran. Pertama, tradisi pembinaan menuntut keteladanan berkelanjutan. Almarhum hadir, mengajar, dan menutup hari-harinya tetap di barisan depan pembinaan—ini menjelaskan mengapa dukanya terasa nasional. Kedua, jejaring yang berdaya guna akan mengatasi kekurangan sumber daya: saat mendorong wushu dan membenahi sepak bola, ia menghubungkan komunitas, sponsor, dan lembaga agar program bergerak. Ketiga, integritas membuat gagasan bertahan melampaui jabatan. Ketika nama IGK Manila disebut, yang muncul bukan hanya predikat, melainkan contoh kerja yang dapat ditiru generasi berikutnya.

Pada akhirnya, obituari ini bukan penutup, melainkan undangan: agar kita merawat cita-cita yang pernah ia suarakan—pembinaan atlet yang ilmiah, kompetisi yang sehat, dan federasi yang transparan. Di ruang-ruang latihan, di tribun-tribun kecil, dan di rapat-rapat organisasi, nama IGK Manila akan terus bergaung sebagai standar: tegas, sistematis, dan berpihak pada prestasi.

Sumber: MetroTV

Popular Articles